Gedung Sate adalah Ikon kota Bandung, gedung ini memilik sejarah yang sangat heroik pada zaman kolonial belanda, gedung ini sempat di bakar pada saat kejadian Bandung Lautan Api. Kota Bandung memang memiliki sejarah dan kekhasannya
tersendiri dalam bidang apapun, baik itu mulai dari makanan, fashion, sampai
Bandung memiliki gedung-gedung yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bagi
seluruh warga Jawa Barat khususnya kota Bandung, pasti mengenal salah satu
gedung yang cukup terkenal, yaitu Gedung Sate. Namun, tidak sedikit juga warga
Bandung belum mengetahui Riwayat dan Sejarah Gedung Sate.
Gedung Sate pertama kali didirikan pada tanggal
21 Juli 1920, gedung ini pada pertama kali pembuatannya digunakan sebagai pusat
pemerintahan. Dimana pada saat itu, Pemerintahan Belanda menetapkan Kota Bandung
sebagai Ibu Kota negeri jajahannya di Indonesia. Pemilihan Kota Bandung
tersebut, didasarkan pada pertimbangan iklim yang cocok karena Kota Bandung
memiliki udara yang sejuk juga ditambah Bandung memiliki pemandangan yang indah.
Konon katanya, kota Bandung saat itu senyaman Perancis Selatan di musim
Panas.
Dengan penetapan pusat pemerintahan itu juga,
maka kemudian dibangunlah salah satu gedung yang sekarang kita kenal dengan nama
Gedung Sate, dan pada saat itu nama Gedung Sate adalah “Gouvernements
Bedrijven“. Pembuatan Gedung Sate sendiri, dibuat dengan renacana yang
sangat matang oleh tim yang di pimpin oleh Kolonel Purnawirawan V.L. Slors, dan
ia memiliki anggota antara lain, Ir. J. Berger, arsitek muda ternama lulusan
dari Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan In G. Hendriks,
kemudian ada pihak dari “Gemeete van Bandoeng“.
Tim tersebut bertugas merencanakan dan juga
membangun berbagai gedung perkantoran yang merupakan pindahan dari keseluruhan
departemen dan instansi lainnya yang berjumlah 14 dari Batavia (Jakarta) ke Bandung, termasuk pembangunan
komplek perumahan untuk menampung sekitar 1500 pegawai pemerintahan. Setelah
berhasil menyusun rencana untuk pembuatan gedung GB atau Gedung Sate, kemudian
dilakukanlah peletakan batu pertama Gedfung Sate pada tanggal 27 Juli 1920 oleh
Johana Catherina Coops, yang merupakan putri sulung dari walikota Bandung saat
itu yaitu B. Coops dan juga Petronella Roelofsen yang mewakili gubernur jenderal
Batavia.
Pembangunan Gedung Sate tersebut melibatkan lebih
dari 2000 pekerja, dan 150 diantaranya pemahat atau ahli bongpay pengukir batu
nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton.
Dan Selebihnya yaitu merupakan tukang batu, kuli aduk dan juga peladen yang
merupakan pekerja bangunan yang berpengalaman menggarap Gedong Sirap (Kampus
ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota). Mereka adalah penduduk yang berasal dari
kampung Sekeloa, Coblong, Dago, Gandok dan juga Cibarengkok.
Selama kurun waktu empat tahun lamanya, di awal
tahun 1924 berhasil diselesaikan kantor pusat PTT yang kemudian dilanjutkan
dengan pembangunan induk bangunan utama Gedung Sate, yang selesai dikerjakan
pada september 1924 termasuk bangunan perpustakaan.
Dan di tahun 1977, Gedung Sate dilengkapi denngan
gedung baru yang mengambil sedikit gaya arsitektur Gedung Sate, namun dengan
gaya konstektual sendiri hasil karya dari arsitek Ir. Sudibyo, dan tentu saja
pembangunan gedung baru ini semakin menambah kesempurnaan dan juga kemegahan
dari Gedung Sate. Pembangunan gedung baru tersebut diperuntukan untuk para
pimpinan dan juga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa
Barat.
Di sekitar Gedung Sate juga terdapat salah satu
tugu yang terbuat dari batu, tugu itu dibuat untuk mengenang peristiwa 3
Desember 1945 yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung
Sate dari serangan pasukan Gurkha. Pada awalnya tugu itu diletakan di halaman
belakang Gedung Sate, namun atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3
Desember 1970, tugu tersebut kemudian dipindahkan ke halaman depan Gedung
Sate.
Gedung Sate Kini
Gedung Sate saat ini mungkin telah menjadi tujuan
objek wisata di kota Bandung. Khusus bagi wisatawan mancanegara banyak dari
mereka yang sengaja berkunjung ke Gedung Sate karena memeiliki keterkaitan emosi
maupun histori pada gedung yang indah ini.
Keindahan Gedung Sate juga dilengkapi dengan
taman yang mengelilinginya, taman tersebut terpelihara dengan sangat baik. Tidak
heran taman ini banyak diminati oleh masyarakat kota Bandung dan juga para
wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Keindahan taman tersebut juga
sering dijadikan sebagai lokasi kegiatan yang bernuansakan kekeluargaan, atau
pun sering juga dijadikan lokasi shooting film maupun video klip, lokasi foto
keluarga, foto diri sendiri ataupun foto pasangan pengantin.
Apabila telah memasuki hari minggu ataupun hari
libur, halaman dari Gedung Sate sering dijadikan pilihan tempat sebagian besar
masyarakat untuk bersantai, berkumpulnya para anak muda bandung, ataupun hanya
sekedar duduk menikmati udara kota Bandung yang segar. Halaman Gedung Sate juga
sering di jadikan tempat untuk berolahraga ringan.
itulah tadi sedikit cerita dari riwayat dan
sejarah Gedung Sate, Gedung yang relatif mirip dengan Gedung Putih di
Washington, DC, Amerika Serikat, sehingga Gedung Sate juga dapat dikatakan
sebagai Gedung Putihnya kota Bandung. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk
semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar