skip to main | skip to sidebar

SSH Network

Jual SSh Network premium,harga Rp. 35.000-40.000 +inject, cara login gampang dan mudah. NO rekening : 7046419329 Bank Mandiri Syariah Atas Nama : Mohamad Denis Juliansyah Minaaaaat??? PM no ini 089635113246

Senin, 27 Januari 2014

Curug Cilengkrang

0 komentar

Curug Cilengkrang


Buat yang suka basah-basahan ayo kita maen ke curug/ air terjun yang berada  di Curug Cilengkrang ini, curug ini berada di kawasan Gunung Manglayang (+1800 m dpl) sebelah timur kota Bandung yaitu di Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat.dan merupakan obyek wisata yang dikelola Perum Perhutani PH Unit 3 Bandung Utara dan masyarakat setempat.
Untuk Akses perjalanan ke Curug Cilengkrang kalian bisa menggunakan jalan A.H. Nasution di Km 12 sebelah timur alun-alun Kecamatan Ujung Berung Bandung.  Kemudian masuk ke jalan Cilengkrang 1. , pengunjung harus menempuh jarak sekitar 10 kilometer untuk mencapai pintu masuk menuju air terjun. Sepanjang 7 kilometer pertama adalah dari ujung jalan hingga Kantor Desa Cilengkrang, ditambah 3 kilometer berikutnya untuk mencapai pintu masuk. apabila mau menyewa angkot tinggal bayar Rp.10.000/orang (kalo saya sih gitu).

Untuk Tiket masuk Curug Cilengkrang ini adalah :
Rp.5000/orang 
biaya parkir motor 2000 motor

Curug Cilengkrang ini berupa rangkaian air terjun dalam rentang 2 kilometer di sepanjang aliran Sungai Cihampelas.  Sungai ini mengikuti alur lembah Gunung Manglayang  dari utara ke selatan.  



Di kawasan ini setidaknya enam air terjun dengan ketinggian bervariasi, 3-10 meter.   Oleh warga setempat, air terjun itu pun diberi nama (berurutan dari hilir), yaitu Curug Batupeti, Curug Papak, Curug Panganten, Curug Kacapi, Curug Dampit dan Curug Leknan.  Keenam obyek wisata ini dibilang cukup tersembunyi. Tidak ada penunjuk jalan apa pun yang dipasang di sepanjang jalan menuju lokasi.

Penamaan air terjun  berasal dari bentuk bongkahan batu hasil lava karena proses alamian dan membentuk air terjun tersebut, seperti Curug Panganten, yang menyerupai kursi pelaminan. Ada pula Curug Papak dengan formasi batuan yang datar dimana permukaannya rata.  Juga Curug Batu Peti, demikian dinamakan karena di samping curug ini terdapat bongkahan lava yang mana dua sisinya rata menyerupai peti yang tertutup.  Konon  peti ini adalah  tempat perkakas Sangkuriang untuk membuat perahu. 


Di ujung jalan terdapat Curug Dampit yang tak lain adalah dua air terjun berdempetan, mengalir di dinding batu setinggi hampir 1 kilometer.  Dari curug ini untuk menuju Curug Papak lebih indah dan dekat menyusuri sungai dari pada naik tebing atau melewati Pos I. Dua tingkat Curug Batupeti, masing-masing setinggi 4 meter bagian bawah dan 2 meter di bagian atas,

saya saranin kalau mau maen ke curug ini jangan lagi musim kemarau soalnya airnya sedikit gan, saya dulu kesini pas musim ujan sama pacar and keponakan ane dulu bulan januari :) ini foto di curug nya:





Minggu, 26 Januari 2014

Caringin Tilu (Cartil)

0 komentar

Caringin Tilu (Cartil)

Hai gaan.
kali ini saya akan berbagi cerita atau info mengenai tempat yang menurut ane paling indah di Kota Bandung, yaitu Caringin Tilu . tempat ini berada di pegunungan manglayang kampung cisayur desa Cimenyan, Kabupaten Bandung. jalan untuk sampai ke Caringin Tilu ini cukup bagus dan simple karena apabila kita menggunakan pribadi mobil/motor patokannya ada di Terminal Cicaheum atau dari saung Udjo terus ke atas ikuti jalan hingga sampai  puncak nya. 
kata "Caringin Tilu" berasal dari kata bahasa  Sunda yaitu Tiga Beringin. Nama ini memiliki sejarah tersendiri menurut kepercayaan desa setempat, dahulu terdapat tiga beringin yang berada di tempat ini. selain itu ada juga makam leluhur yang berada di atas caringin tilu ini makam ini di keramatkan dan dihormati oleh warga setempat.

Wisata Caringin tilu ini memang asing didengar, tapi untuk para pendatang kalian harus mengunjungi tempat ini karena ketika datang ke tempat ini kita bisa melihat Keindahan Kota Bandung apalagi kalo datang sore atau shubuh kita bisa melihat indahnya SunRice dan Sunset di tempat yang lebih atas lagi dari cartil  yaitu datang ke bukit moko. ini foto ane ketika maen ke cartil ketika malam hari :

pemandangan Cartil di malam hari

Foto saya itu lagi nyantai di warung, disana bisa memesan makanan dan minuman yang beragam mulai dari mie rebus, jagung bakar, nasi goreng, kopi, susu, dan masih banyak lagi yang lainnya. lalu harga nya juga terjangkau dan efisien :D

lebih so Sweat lagi agan2 bawa pacar atau gebetan ke tempat ini, disana bisa bersantai minum dan makan bareng Do'i., kalian kalo misal nembak cewe di tempat ini, pasti so sweat banget gan, pasti seneng itu cewe. hahaha

mengenai harga masuk ke cartil ???
gausah risau gan, disini free tanpa biaya apapun yang bayar cuman makan nya aja sama siapin bensin :D
ini kalo masih penasran bisa liat video pemandangan caringin tilu di siang hari:


Sabtu, 25 Januari 2014

Bandung Lautan Api

0 komentar

Bandung Lautan Api

Monumen Bandung Lautan Api di Taman Tega Lega Kota Bandung

Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan di Regentsweg(sekarang Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.
"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air." - A.H Nasution, 1 Mei 1997
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".

Sejarah Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung lautan Api ini adalah peristiwa sejarah dimana Kota Bandung provinsi jawa Barat, Indonesia dibakar oleh warga-warga Bandung pada tahun 24 maret 1946. waktu tujuh jam, sekitar 200.000 orang penduduk Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. hal ini dilakukan untuk mencega tentara sekutu dan tentara Nica Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi, diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.
Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.


sumber : wikipedia Indonesia

Kamis, 23 Januari 2014

Sejarah Gedung Merdeka

0 komentar

Sejarah Gedung Merdeka


Kali ini saya akan membahas tentang peninggalan sejarah Belanda yang berada di Kota Bandung yaitu Gedung Merdeka yang bertempat di jalan Asia-Afrika. Gedung Merdeka adalah salah satu gedung yang bersejarah di kota Bandung yang masih terjaga arsitektur bangunannya hingga sekarang ini. Dulu pada tahun 1955 gedung ini pernah digunakan untuk konferensi tinggi internasional yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
Gedung Merdeka tahun 1955

Sejarah Gedung Merdeka

1. Pada Jaman Pendudukan Belanda

Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociƫteit Concordia, Gedung Sociƫteit Concordia dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton pertunjukan kesenian, atau makan malam.

Pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh dua arsitek Belanda yang terkenal pada masa itu yaitu Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker, Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng – yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB), Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.

2. Pada Zaman Pendudukan Jepang

Setelah Belanda hengkang dari Indonesia lalu dilanjutkan oleh pemerintahan jepang, Keaslian arsitektur Gedung Merdeka tidak di rubah oleh orang-orang jepang, namun gedung Merdeka ini jadi berganti nama menjadi Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.

3. Pada Masa Proklamasi – Sekarang

Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia. Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya. Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung . Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger

Dan mulai awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf International, dan pembangunannya ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro Ksatria, di bawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di bawah pimpinan R.M. Madyono

Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960. Meskipun fungsi Gedung Merdeka berubah-ubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia , nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka gedung tersebut.



Ruang Konferensi Gedung merdeka

Pada tahun 1965 di Gedung Merdeka dilangsungkan Konferensi Islam Asia Afrika. Pada tahun 1971 kegiatan MPRS di Gedung Merdeka seluruhnya dialihkan ke Jakarta . Setelah meletus pemberontakan G30S, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S. Pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, yang selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung. Tiga tahun kemudian, tanggal 6 Juli 1968, pimpinan MPRS di Jakarta mengubah surat keputusan mengenai Gedung Merdeka (bekas Gedung MPRS) dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang Gedung Merdeka masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS.

Pada Maret 1980 Gedung ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25. Lalu Pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia kedua. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955.




Sejarah Gedung Sate

0 komentar

Gedung Sate adalah Ikon kota Bandung, gedung ini memilik sejarah yang sangat heroik pada zaman kolonial belanda, gedung ini sempat di bakar pada saat kejadian Bandung Lautan Api. Kota Bandung memang memiliki sejarah dan kekhasannya tersendiri dalam bidang apapun, baik itu mulai dari makanan, fashion, sampai Bandung memiliki gedung-gedung yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bagi seluruh warga Jawa Barat khususnya kota Bandung, pasti mengenal salah satu gedung yang cukup terkenal, yaitu Gedung Sate. Namun, tidak sedikit juga warga Bandung belum mengetahui Riwayat dan Sejarah Gedung Sate.

Sejarah Gedung Sate
Gedung Sate tahun 1920

Gedung Sate pertama kali didirikan pada tanggal 21 Juli 1920, gedung ini pada pertama kali pembuatannya digunakan sebagai pusat pemerintahan. Dimana pada saat itu, Pemerintahan Belanda menetapkan Kota Bandung sebagai Ibu Kota negeri jajahannya di Indonesia. Pemilihan Kota Bandung tersebut, didasarkan pada pertimbangan iklim yang cocok karena Kota Bandung memiliki udara yang sejuk juga ditambah Bandung memiliki pemandangan yang indah. Konon katanya, kota Bandung saat itu senyaman Perancis Selatan di musim Panas.
Dengan penetapan pusat pemerintahan itu juga, maka kemudian dibangunlah salah satu gedung yang sekarang kita kenal dengan nama Gedung Sate, dan pada saat itu nama Gedung Sate adalah “Gouvernements Bedrijven“. Pembuatan Gedung Sate sendiri, dibuat dengan renacana yang sangat matang oleh tim yang di pimpin oleh Kolonel Purnawirawan V.L. Slors, dan ia memiliki anggota antara lain, Ir. J. Berger, arsitek muda ternama lulusan dari Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan In G. Hendriks, kemudian ada pihak dari “Gemeete van Bandoeng“.
Tim tersebut bertugas merencanakan dan juga membangun berbagai gedung perkantoran yang merupakan pindahan dari keseluruhan departemen dan instansi lainnya yang berjumlah 14 dari Batavia (Jakarta) ke Bandung, termasuk pembangunan komplek perumahan untuk menampung sekitar 1500 pegawai pemerintahan. Setelah berhasil menyusun rencana untuk pembuatan gedung GB atau Gedung Sate, kemudian dilakukanlah peletakan batu pertama Gedfung Sate pada tanggal 27 Juli 1920 oleh Johana Catherina Coops, yang merupakan putri sulung dari walikota Bandung saat itu yaitu B. Coops dan juga Petronella Roelofsen yang mewakili gubernur jenderal Batavia.
Pembangunan Gedung Sate tersebut melibatkan lebih dari 2000 pekerja, dan 150 diantaranya pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton. Dan Selebihnya yaitu merupakan tukang batu, kuli aduk dan juga peladen yang merupakan pekerja bangunan yang berpengalaman menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota). Mereka adalah penduduk yang berasal dari kampung Sekeloa, Coblong, Dago, Gandok dan juga Cibarengkok.
Selama kurun waktu empat tahun lamanya, di awal tahun 1924 berhasil diselesaikan kantor pusat PTT yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan induk bangunan utama Gedung Sate, yang selesai dikerjakan pada september 1924 termasuk bangunan perpustakaan.
Dan di tahun 1977, Gedung Sate dilengkapi denngan gedung baru yang mengambil sedikit gaya arsitektur Gedung Sate, namun dengan gaya konstektual sendiri hasil karya dari arsitek Ir. Sudibyo, dan tentu saja pembangunan gedung baru ini semakin menambah kesempurnaan dan juga kemegahan dari Gedung Sate. Pembangunan gedung baru tersebut diperuntukan untuk para pimpinan dan juga Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Di sekitar Gedung Sate juga terdapat salah satu tugu yang terbuat dari batu, tugu itu dibuat untuk mengenang peristiwa 3 Desember 1945 yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. Pada awalnya tugu itu diletakan di halaman belakang Gedung Sate, namun atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 3 Desember 1970, tugu tersebut kemudian dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

Gedung Sate Kini

Gedung Sate saat ini mungkin telah menjadi tujuan objek wisata di kota Bandung. Khusus bagi wisatawan mancanegara banyak dari mereka yang sengaja berkunjung ke Gedung Sate karena memeiliki keterkaitan emosi maupun histori pada gedung yang indah ini.
Keindahan Gedung Sate juga dilengkapi dengan taman yang mengelilinginya, taman tersebut terpelihara dengan sangat baik. Tidak heran taman ini banyak diminati oleh masyarakat kota Bandung dan juga para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Keindahan taman tersebut juga sering dijadikan sebagai lokasi kegiatan yang bernuansakan kekeluargaan, atau pun sering juga dijadikan lokasi shooting film maupun video klip, lokasi foto keluarga, foto diri sendiri ataupun foto pasangan pengantin.
Apabila telah memasuki hari minggu ataupun hari libur, halaman dari Gedung Sate sering dijadikan pilihan tempat sebagian besar masyarakat untuk bersantai, berkumpulnya para anak muda bandung, ataupun hanya sekedar duduk menikmati udara kota Bandung yang segar. Halaman Gedung Sate juga sering di jadikan tempat untuk berolahraga ringan.
itulah tadi sedikit cerita dari riwayat dan sejarah Gedung Sate, Gedung yang relatif mirip dengan Gedung Putih di Washington, DC, Amerika Serikat, sehingga Gedung Sate juga dapat dikatakan sebagai Gedung Putihnya kota Bandung. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Sejarah Kota Bandung

0 komentar

Kota Bandung menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini pada zaman dahulu dikenal sebagai Paris van Java (bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa”. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata. Sedangkan keberadaan perguruan tinggi negeri dan banyak perguruan tinggi swasta di Bandung membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Indonesia.Ikon Kota Bandung adalah gedung sate.

 
Asal Usul Nama Kota Bandung
Tahukah Anda asal usul nama kota bandung? Menurut catatan sejarah kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang kemudian membentuk telaga. Namun, menurut mitos masyarakat setempat nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat dan sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Selain itu, kota bandung juga merupakan kota terbesar ketiga di indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Nama lain dari kota Bandung adalah Kota Kembang, dan dahulu juga bandung dikenal dengan Parijs Van Java.

Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini. Dan pada tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Berikut ini duniabaca.com kutip dari Wikipedia mengenai asal-usul sejarah kota bandung.

Sejarah Asal Usul Kota Bandung
Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Pesan Sponsor

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl. Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.

Kependudukan Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.

Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

Pemerintahan Kota Bandung
Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak 2008, penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.

Perwakilan Pemerintahan Kota Bandung
Sesuai konstitusi yang berlaku DPRD kota Bandung merupakan representasi dari perwakilan rakyat, pada Pemilu Legislatif 2004 sebelumnya anggota DPRD kota Bandung berjumlah 45 orang. Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk maka pada Pemilu Legislatif 2009 anggota DPRD kota Bandung bertambah menjadi 50 orang, yang kemudian tersusun atas perwakilan delapan partai, dan terdiri atas 41 lelaki dan 9 perempuan.

Pariwisata dan Budaya Kota Bandung
Sejak dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari Jakarta sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan Belanda, diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi gubernur provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen Pembendaharaan Bandung, Villa Isola sekarang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia, Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung.

Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955, Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega, Museum Geologi Bandung, Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan Rumentang Siang.

Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat minati oleh masyarakat terutama pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari. Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas, Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya. Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Supermal, Cihampelas Walk, Paris Van Java Mall, dan Bandung Indah Plaza.

Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di kota ini diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi kuliner khususnya tutug oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini. Selain itu Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum sejenis tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.

Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra.

Sumber: http://duniabaca.com/asal-usul-sejarah-kota-bandung.html

Sabtu, 18 Januari 2014

Wisata Batu Kuda

0 komentar
Batu Kuda adalah tempat wisata alam yang bertempat di Gunung Manglayang, Tempat Obyek Wisata Bandung
Jika anda ingin menikmati indahnya Bandung dari perbukitan gunung Manglayang, ayo kunjungi, tempat wisata Batu Kuda layak anda jajaki. Daerah ini ada di lereng gunung Manglayang didaerah Bandung Timur. Untuk mencapai daerah wisata perkemahan Batu Kuda, bisa dilewatidari beberapa jalur, kalau saya paling suka lewat jalur Cibiru. Dari Bandung kota kita ambil arah Cibiru, bundaran timur kota Bandung arah Cileunyi. Kurang lebih 3 km dari bundaran Cibiru ada jalan belok kiri naik keatas, wah saya lupa jalannya.. terus kita ikuti jalur tersebut, bisa dengan menggunakan mobil atau motor naik keatas. tapi apabila ingin lebih simpel anda tinggal naik dari cileunyi tinggal lurus terus ke atas. Perjalanan keatas sampai Batu Kuda kurang lebih 7 kiloan, meskipun jalannya agak sempit, tapi enjoy juga dengan suguhan pemandangan dan hawa dingin kota Bandung. Jika ada kesulitan, bisa langsung tanya sama orang, pasti ditunjukin arah ke Batu Kuda. Jika kita lanjutkan, nanti kita akan masuk pintu gerbang Wisata Batu Kuda, dengan plang pintu masuk. Setelah bayar di Pos Masuk dengan karcis yang super murah, kita bisa bawa mobil parkir di rindangnya pohon pinus Batu Kuda. Keistimewaannya disini adalah rindangnya pohon pinus nan tinggi dan tiupan angin sepoi yang kadang berselimut kabut. Emhhmm.. Oiya,. jika perut melilit, ada beberapa penjual makanan, he he he, bisa ngopi atau mengudap mie instan :-) Nah, jika sudah rehat, baru kita bisa nanjak sekitar 700 meter dari pintu masuk ke arah atas untuk melihat situs batu kuda. Lumayan sambil tracking gunung. Sesampai disana kita akan melihat batu yang mirip kuda, nah inilah yang disebut situs Batu Kuda. Bisa foto-foto disini.. Jika Anda ingin mendaki Gunung Manglayang, tinggal meneruskan, dari penjaga pintu, kurang lebih perlu waktu 4 jam untuk naik ke puncak dengan ketinggian 1810 DPL. Saya pernah mendaki, tapi ndak smpai
tiket masuk ke batu kuda saat ini adalah Rp. 5000